Jakarta,RJ.com – Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Malaysia melesat di sesi pembukaan perdagangan Kamis (23/6/2022) setelah kemarin ambles hampir 10% dan menjadi penurunan terbesar sejak Desember 2021.
Mengacu pada Refinitiv, pukul 08:30 WIB harga CPO dibanderol di level MYR 4.632/ton atau melesat 2,96%.
Di sepanjang pekan ini, harga CPO masih anjlok 15,37%. Meski begitu, harga CPO masih naik 35,4% secara year-on-year (yoy).
Baca: RI Jadi Juru Selamat “Kiamat” Ini di Malaysia, Nih Buktinya
Teknisnya, analis Reuters, Wang Tao menilai harga CPO hari ini akan menguji titik resistance di MYR 4.742/ton, penembusan di atas titik resistance akan mengantarkan harga CPO naik ke MYR 4.896/ton.
CPO 23 JuniSumber: Refinitiv
Pada Rabu (22/6), harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives Exchange berakhir ambles 9,68% ke MYR 4.499/ton (US$ 1.021,58/ton) dan menjadi penurunan harian terbesar sejak Januari 2020.
Hal tersebut dipicu oleh penurunan harga pada minyak nabati lainnya, serta ekspor CPO yang lebih tinggi dari produsen utama CPO, yakni Indonesia.
Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade kemarin turun 3,8% karena prakiraan cuaca yang lebih dingin di akhir Juni dan awal Juli, sehingga biji kedelai dapat ditanam lebih banyak. Setelah beberapa waktu lalu wilayah Amerika Selatan mengalami kekeringan karena cuaca ekstrem.
Baca: Deretan Jurus Atasi Krisis Pangan yang Bikin Jokowi ‘Ngeri’
Selain itu, harga minyak mentah dunia tergelincir di sesi perdagangan kemarin, di mana harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) anjlok 1,2% menjadi US$ 108,18/barel, sedangkan jenis Brent ambles 1,2% ke US$ 113,32/barel.
Penurunan pada harga minyak nabati saingan, tentunya membuat minyak kelapa sawit menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
Sisi lainnya, pejabat kementerian perdagangan Oke Nurwan melaporkan bahwa Indonesia telah mengeluarkan izin ekspor CPO sebanyak 894.481 ton di bawah skema Domestic Market Obligation (DMO) per Rabu (22/6). Di bawah DMO, sebuah perusahaan menerima kuota ekspor berdasarkan volume penjualan lokal mereka.
Selain skema DMO, pemerintah mengeluarkan izin ekspor produk sawit sebanyak 613.188 ton dalam program percepatan ekspor dengan alokasi kuota 1,16 juta ton. Jika dijumlahkan, maka ekspor yang telah disetujui sebanyak 1,5 juta ton.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Hermono mengatakan bahwa produsen CPO terbesar kedua, yakni Malaysia telah menerima kelompok pertama tenaga kerja asing sebanyak 40 orang dari Indonesia. Hal tersebut diharapkan akan mengurangi kekurangan tenaga kerja asing di Malaysia.
“Sampai hari ini kami telah menyetujui permintaan 4.699 pekerja untuk perkebunan (sektor) saja,” kata Hermono yang dikutip dari Reuters.
Kedatangan pekerja migran akan membantu meringankan kekurangan lebih dari 100.000 pekerja di perkebunan kelapa sawit, yang terpaksa meninggalkan ribuan ton buah sawit membusuk di pohon karena kurangnya pemanen.
Menurut Direktur Pelinding Bestari di Selangor Paramalingam Supramaniam bahwa harga CPO yang naik hari ini hanya merupakan short-covering ringan di tengah pasar bearish.
Dia juga memproyeksikan produksi CPO di Juni akan meningkat sekitar 8%-9%, tapi permintaan akan CPO mengkhawatirkan.(Red)
Discussion about this post