Realitajambi.com – Sinyal kenaikan harga BBM Pertalite semakin kuat. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Presiden Jokowi) akan mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi tersebut pekan depan.
Saat ini, Pertalite masih dijual Rp 7.650 per liter yang menurutnya merupakan harga BBM paling murah di kawasan Asia Tenggara. Padahal, harga minyak dunia sudah di level USD 90-100 per barel, jauh dari asumsi dalam APBN USD 63 per barel.
“Nanti mungkin minggu depan presiden akan mengumumkan mengenai apa, bagaimana mengenai kenaikan harga (BBM) ini. Jadi presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikian,” ujar Luhut dalam acara kuliah umum dan talk show visi maritim 2045 di Universitas Hasanuddin dikutip pada kumparan, Sabtu (20/8).
Luhut mengungkapkan Jokowi sebelumnya juga sudah mengeluarkan berbagai indikasi bila subsidi BBM tak lagi bisa ditahan. “Menaikkan harga Pertalite yang kita subsidi cukup banyak dan juga itu solar, modeling ekonominya sudah dibuat,” ujar Luhut.
Dia juga meminta masyarakat bersiap dengan kenaikan harga BBM. Namun, dia belum bisa membeberkan berapa kenaikannya lantaran pemerintah sedang menghitung dengan rinci agar masyarakat tidak terbebani kenaikan harga BBM.
Selain itu, Luhut merasa saat ini harga BBM di Indonesia sangat murah bila dibandingkan dengan berbagai negara di dunia. Namun, dia mengatakan subsidi BBM yang selama ini dikeluarkan melalui APBN telah membebani keuangan negara.
“Karena kita harga BBM termurah di kawasan ini, kita jauh lebih murah dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita,” kata Luhut.
Di sisi lain, dia menyebutkan pemerintah mau menurunkan beban subsidi agar bisa jauh di bawah Rp 502 triliun. Berbagai Upaya telah dilakukan mulai dari pengalihan kendaraan dari berbasis BBM jadi berbasis listrik, hingga penggunaan bensin campuran kelapa sawit B40.
“Karena apa subsidi kita kemarin Rp 502 triliun, kita berharap kita bisa tekan ke bawah. Tadi dengan pengurangan mobil-mobil combustion, motor ganti dengan listrik, kemudian B40, menaikkan harga Pertalite yang kita subsidi cukup banyak dengan juga tadi solar,” ungkapnya.
Luhut menilai kenaikan harga BBM akan memberikan dampak terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Meski begitu, ia mengakui inflasi Indonesia masih dalam kondisi relatif terkendali.
“Inflasi relatif terkendali, kita mungkin kemarin saya minta sama Rachmat dan tim membuat modelling inflasi kita. Inflasi tergantung nanti kenaikan berapa nanti solar, berapa pertalite, karena bagaimanapun tidak bisa kita pertahankan demikian,” ungkap Luhut.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menyebutkan harga yang ideal bagi kedua BBM subsidi tersebut. Untuk Pertalite, harganya yaitu Rp 10.000 per liter, sementara Solar bisa dipatok seharga Rp 8.500 per liter.
“Harga yang pas saya kira jika benar-benar dinaikan ada di angka Rp 10.000 per liter untuk pertalite dan solar subsidi di angka Rp 8.500 per liter,” kata Mamit.
Menurut Mamit, kenaikan tersebut masih cukup rasional dan tidak terlalu membebani bagi masyarakat. Selain itu, kebijakan seharusnya diterapkan langsung tanpa bertahap lantaran risikonya yang ditimbulkan sama saja.
Sementara itu, Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menjelaskan dampak kenaikan Pertalite jika ditetapkan sebesar Rp 10.000 per liter terhadap laju inflasi nasional.
“Jika kenaikan harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, diperkirakan inflasi tahun ini tembus 6-6,5 persen year on year. Dikhawatirkan menjadi inflasi yang tertinggi sejak September 2015,” tutur Bhima. (red)
Source: kumparan.com
Discussion about this post