Oleh: Dimas Surya Purnomo Syaiful
Mahasiswa adalah seseorang yang belajar di Perguruan Tinggi, baik di Universitas, Institusi atau Akademi. Seseorang yang terdaftar sebagai murid di Perguruan Tinggi otomatis dapat di panggil dengan sebutan mahasiswa.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga seorang yang menekuni suatu bidang untuk mendapatkan dan mempersiapkan di suatu keahlian tingkat Sarjana untuk mengaplikasikan nya dalam dunia kerja.
Tidak heran mahasiswa disebut salah satu aset bangsa, karena mahasiswa memiliki peran sebagai “agent of change” yakni seseorang yang mampu bertindak sebagai penggerak serta mampu mengajak seluruh masyarakat untuk bergerak melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik.
Sementara itu, mahasiswa digadang-gadang menjadi seseorang yang membawa efek perubahan, justru di sisi lain mahasiswa memiliki problematika tersendiri.
Tak sedikit mahasiswa yang pusing untuk memilih aktif di akademik atau organisasi, mengukir prestasi akademik atau prestasi non akademik.
Hal utama menjalani kuliah adalah mengikuti perkuliahan untuk mendapatkan ilmu, akan tetapi ketika saat perkuliahan hanya mendapatkan pemaparan teori-teori saja dan praktek dengan kadar yang minimal.
Hal ini menimbulkan resah dikalangan mahasiswa, sehingga untuk mengatasi hal tersebut tidak jarang para mahasiswa menyeimbangi dengan mengikuti kegiatan lain, seperti beorganisasi, sebuah perkumpulan yang melakukan suatu kegiatan untuk mengasah hard skill dan soft skill yang mereka miliki.
Oleh karena itu, mahasiswa di suguhi dengan 2 pilihan, menjadi mahasiswa yang mejalani perkuliahan saja (mahasiswa akademis) atau mahasiswa yang juga mengikuti organisasi (mahasiswa aktivis).
Mahasiswa akademis merupakan mahasiswa yang kegiatannya di kampus hanya sebatas kegiatan biasa saja seperti mahasiswa pada umumnya, antara lain melakukan kegiatan kuliah, belajar, mengerjakan tugas, membuat laporan, praktikum, dan presentasi hanya itu-itu saja, artinya mahasiswa ini hanya disibukkan dengan kegiatan akademik kampus dan kuliah hanya sebatas memenuhi Satuan Kredit Semester (SKS) saja.
Semua mahasiswa juga bisa melakukannya, karena semua mahasiswa di negeri ini juga kuliah, semua mahasiswa di negeri ini juga mengerjakan tugas, membuat laporan, praktikum dan lain sebagainya.
Sedangkan mahasiswa aktivis adalah mahasiswa yang mengikuti organisasi. Mendorong mahasiswa untuk mengubah pola pikir, dengan mengikuti organisasi pola pikir mahasiswa akan berubah, karena banyak belajar dari organisasi.
Selain itu juga banyak kesempatan untuk bertemu dengan banyak orang yang menginspirasi. belajar mengeksplor kemampuan dalam diri, berbagi pendapat dalam mengambil keputusan, dan banyak lagi pembelajaran yang didapatkan ketika berorganisasi.
Tetapi kebanyakan mahasiswa tidak mau berkecimpung dalam organisasi dengan beragam faktor latar belakang, seperti tidak di izinin orang tua, takut nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) anjlok, takut terlambat lulus, hingga takut tidak bisa membagi waktu bahkan takut sering ijin perkuliahan karena organisasi.
Ketakutan-ketakutan tersebut disebabkan karena mahasiswa tersebut belum mengetahui dan belum berkecimpung dalam sebuah organisasi.
Alangkah lebih baiknya mahasiswa mencari informasi terlebih dahulu ketika ingin mengikuti organisasi, hal apa yang diminati dan organisasi apa yang cocok untuk di ikuti. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan saja sehingga antara akademik dan non akademik tidak seimbang.
Oleh karena itu, ikut organisasi atau tidak tentunya menjadi pilihan bagi mahasiswa akan tetapi ketika mahasiswa mengikuti organisasi tanpa mengesampingkan kewajiban dalam hal perkuliahan alias seimbang, maka akan ada nilai plus tersendiri dari mahasiswa, baik saat menyandang gelar akademik maupun ketika terjun dalam dunia kerja.
Penulis adalah Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya.
Discussion about this post