Oleh: Dhea Salsabila
Pare String Ensemble (PSE) merupakan komunitas musik yang dibentuk pada tahun 2017. Komunitas ini berfokus pada divisi alat musik gesek, seperti biola, viola atau biola alto, serta cello.
Sejak awal didirikan, PSE telah berupaya aktif untuk mengembangkan potensi bermusik para generasi muda di wilayah Pare dan sekitarnya. Sejauh ini, terdapat beragam kegiatan yang dilakukan oleh komunitas biola tersebut. Mulai dari latihan rutin setiap hari minggu, sharing session tentang dunia musik, hingga menggelar konser tahunan.
Tidak hanya itu, Pare String Ensemble kerap mendapat undangan untuk mengisi acara-acara pemerintah maupun institusi swasta di Kediri. Salah satunya yakni event Closing Ceremony & English Bazaar yang diselenggarakan oleh Kampung Inggris Pare pada Sabtu, 26 November 2022.
Acara tersebut merupakan penutup dari program Kampung Inggris Mengajar, sebuah pembinaan bahasa Inggris yang ditujukan kepada pedagang kaki lima, pemilik indekos, pengemudi ojek, owner kafe dan warung, perangkat desa, para pekerja, hingga ibu-ibuk PKK.
Hal ini dilakukan guna meningkatkan jumlah penutur aktif bahasa asing di Desa Tulungrejo, tempat Kampung Inggris itu berada. Mengingat, Tulungrejo kini menjadi desa dengan jumlah lembaga kursus dan pelatihan (LKP) terbanyak di Indonesia, yakni 129 lembaga.
Kampung Inggris Mengajar kali ini mampu menjaring lebih 1.000 peserta yang berasal dari seluruh penjuru nusantara. Tak heran, Muhammad Kalend Osen selaku penggagas Kampung Inggris berhasil mencatatkan namanya dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas pencapaian tersebut.
Di sisi lain, pelaksanaan Closing Ceremony & English Bazaar juga menjadi ajang bagi Pare String Ensemble untuk memperkenalkan lagu-lagu tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.
“Kampung Inggris itu ibaratnya miniature of Indonesia. Hampir semua daerah di nusantara, dari Sabang sampai Merauke, semua ada di sini untuk belajar bahasa Inggris. Jadi, adanya event kali ini sekaligus menjadi momen yang pas bagi Pare String Ensemble untuk mengenalkan lagu-lagu daerah lewat alat musik gesek, khususnya biola,” ungkap Salsa, anggota Pare String Ensemble.
Dalam kesempatan tersebut, terdapat 3 (tiga) lagu utama yang dibawakan oleh Pare String Ensemble, antara lain Surabaya Oh Surabaya, Gambang Semarang, dan Selendang Sutra. Adapun 2 (dua) lagu pendukung yang turut dimainkan antara lain Simphony Raya, Jembatan Merah, dan Bengawan Solo karya Gesang Martohartono.
Harapannya, lagu-lagu daerah yang dikemas melalui alunan biola dapat meningkatkan daya tarik masyarakat sekaligus sebagai rebranding untuk menghilangkan kesan kuno dari musik tradisional.
Penulis adalah mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya
Discussion about this post