Oleh : Musri Nauli
Kisruh persoalan angkutan batubara menimbulkan polemik ditengah masyarakat.
Al Haris sebagai Gubernur Jambi pasti merasakan jalur maut angkutan batubara.
Perjalanan rutin menempuh Jambi – Bangko yang ditempuh setiap minggu membuat Al Haris telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan wewenang sebagai Gubernur.
Upaya pertama dilakukan adalah memperbaiki jalan Jambi – Muara Bulian melewati jalur pintas. Biasa dikenal jalur Ness.
Belum setahun menjabat, jalur Ness yang semula banyak sekali lubang sekarang praktis Sudah dilewati dengan nyaman. Bahkan mampu dipacu hingga mencapai 80-100 km/jam.
Sebuah mimpi yang hampir mustahil dilakukan.
Tidak berhenti disini. Al Haris sebagai Gubernur Jambi kemudian menekan berbagai ketentuan.
Diantaranya “memaksa” kendaraan harus sesuai tonase, memaksa jalur Muara Bulian – Jambi melewati Tempino sehingga tidak perlu lagi harus Muara Bulian – Jambi melewati Mendalo.
Selain juga memaksa angkutan batubara harus melewati Muara Bulian setelah pukul 18.00 wib.
Lagi-lagi tidak hanya cukup berhenti. Al Haris kembali bekerja keras.
Al Haris kemudian memikirkan jalan khusus batubara.
Bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten Batanghari, mulai dikerjakan jalan angkutan batubara.
Jalan yang ditempuh diantaranya seperti Koto Boyo–Bajubang–Tempino–Pelabuhan Talang Duku.
Bahkan Pemerintah Kabupaten Batanghari Sudah mengerjakan Koto Boyo sampai ke Tempino. Lebih kurang 32 km. Pekerjaan Tahap awal.
Rencana Pemerintah Provinsi juga akan menaikkan kelas jalan. Sehingga menjadi kelas A. Dan dianggarkan Rp 50 milyar rupiah.
Dengan tegas Al Haris sebagai Gubernur Jambi telah memerintahkan agar setiap pemangku kepentingan (Stake holders) dan pihak OPD untuk mempersiapkan anggaran. Dan kemudian dibahas dengan DPRD Provinsi Jambi dan kemudian dimasukkan kedalam APBD-P.
Disisi lain, upaya Al Haris sebagai Gubernur Jambi telah membangun komunikasi dengan Kementerian Perhubungan.
Sebagai “perpanjangan tangan” Pemerintah Pusat, Al Haris sebagai Gubernur Jambi berkeinginan agar pembangunan Pelabuhan Tenam di Kabupaten Batanghari merupakan “pintu masuk” menggunakan jalur air.
Dengan dibangunnya pelabuhan Tenam, maka pelabuhan dapat digunakan sebagai angkutan air untuk mengangkut batubara.
Sehingga dari Pelabuhan Tenam kemudian ke Pelabuhan Talang Duku menjadi pilihan utama pengangkutan batubara di Provinsi Jambi.
Sekaligus mengurangi penggunaan jalan nasional yang sering digunakan oleh angkutan batubara.
Semoga upaya yang dilakukan Al Haris dapat menjawab berbagai persoalan angkutan batubara.
Penulis adalah Advokat tinggal di Jambi
Discussion about this post