Tanjabtimur-
Seorang oknum wartawan, Aswan dilaporkan ke Polisi dengan tiga tuntutan sekaligus. Pertama terkait kasus pencemaran nama baik, pelanggaran Undang-Undang ITE dan menerbitkan berita dan narasi tidak sesuai fakta dan tidak sesuai kaidah jurnalisme. Aswan, belakangan diketahui mengaku sebagai Direktur media online Gempar Sumatera Indonesia yang beroperasi di Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.
Aswan dilaporkan ke Polsek Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada Kamis malam (5/6) oleh Nukman (35), yang berprofesi sebagai Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian sosial, warga Kelurahan Lubuk Kambing Kecamatan Renah Mendaluh Kabupaten Tanjung Jabung Barat .
“Karena sudah menyangkut pencemaran nama baik dan melibatkan nama saya secara pribadi dan lembaga tempat saya bekerja, pelanggaran Undang-Undang ITE serta telah menerbitkan berita yang tidak sesuai fakta dan tidak sesuai kaidah jurnalisme, dan tidak ada itikad baik untuk diselesaikan secara kekeluargaan, terpaksa saya tempuh jalur hukum,” ujar Nukman didampingi dua rekannya usai menyampaikan laporan di Polsek Merlung.
Berawal Saat Aswan Pukuli Istri Ditengah Jalan.
Menurut Nukman, peristiwa ini bermula sekitar pukul 10.30.WIB. Di Kelurahan Lubuk Kambing, tepatnya di ruas jalan lintas Merlung – Simpang-Niam, Saat ia dalam perjalanan dari Kantor Camat Renah Mendaluh menuju bengkel untuk memperbaiki sepeda motornya.
Dalam perjalanan tersebut Nukman secara tidak sengaja melihat Aswan beserta istri dan anak berusia sekitar 5 tahun terlibat selisih paham dan cekcok mulut di pinggir jalan, tidak hanya itu saja, Aswan juga terlihat melakukan kekerasan dengan memukul bagian wajah istrinya.
Melihat kejadian itu, Nukman akhirnya menghentikan sepeda motornya dan berusaha melerai perselisihan pasangan suami istri tersebut dari seberang jalan sembari menegur suaminya agar tidak main pukul terhadap istri, apalagi kejadian itu di jalan yang juga disaksikan banyak orang. “Karena dia sudah memukul bininyo (istri,red) didepan sayo, maka naluri sayo sebagai laki-laki dan sisi kemanusiaan sayo meraso terpanggil untuk melerai dan menegur supayo jangan main pukul dengan bini. Jangan main pukul bang itulah yang sayo sampaikan, setelah itu sayo melanjutkan perjalanan menjuju bengkel yang tidak jauh dari lokasi kejadian,” terang Nukman.
Sikap menegur itu juga dilakukan karena menurut Nukman aksi memukul istri atau perempuan, apalagi di ruang publik bisa dianggap melanggar norma dan adat istiadat setempat. Aswan yang merasa tidak terima dilerai dan ditegur, lantas berteriak dengan lantang kepada Nukman yang sedang melanjutkan perjalanannya menuju bengkel yang berjarak sekitar 50 meter dari lokasi kejadian. “Kau nak ngapo,” teriak Aswan dengan lantang.
Mendengar teriakan Aswan tersebut, Nukman terkejut dan menghampiri untuk menjelaskan maksud baiknya, teriakan Aswan sontak menyulut perhatian warga setempat, mereka satu persatu mendatangi Aswan untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya. “Maaf yo bang, aku ngasih tau abang, itu bini abang, itu anak abang, jangan main pukul. Bukan aku mau ikut campur urusan abang,” tegas Nukman.
Mendengar penjelasan Nukman tersebut, Aswan malah tersulut emosi dan menganggap Nukman ikut campur urusan rumah tangganya. Beberapa warga yang menyaksikan kejadian bahkan sempat emosi dengan sikap Aswan yang terkesan arogan, menantang sambil merekam dengan kamera ponselnya.
Namun emosi warga yang kesal dengan sikap Aswan sempat diredam oleh Nukman hingga salah seorang dari keluarga Nukman yang bernama Helmi dan kebetulan juga kenal dengan Aswan mencoba memediasi dan menengahi persoalan. Namun Aswan masih ngotot dan tidak terima atas teguran tersebut. Melihat sikap Aswan yang terus ngotot sambil merekam tersebut membuat Nukman dan warga setempat sedikit kesal, namun emosi dan amarah warga dapat diredam kembali hingga akhirnya Aswan disuruh untuk pergi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dan akhirnya Aswan pun melanjutkan perjalanan bersama istri dan anaknya dan warga pun satu persatu membubarkan diri. “Saksi banyak tadi,” timpal Nukman.
Selang beberapa jam usai kejadian, Aswan kemudian menerbitkan berita di laman media Gempar Sumatera Indonesia dengan judul : Nukman Oknum Pegawai Dinas Sosial dan (PKH) Kecamatan Renah Mendaluh Berjiwa Premanisme Terhadap Pers. Dengan narasi sepihak, menyudutkan dan tidak memenuhi kaidah jurnalisme. Selain itu dalam narasi beritanya Aswan juga membawa bawa nama Dinas Sosial, Bupati, Walikota, Sekda untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut dan memecat Nukman dari pekerjaannya.
Tidak cukup sampai disitu, Aswan juga memposting di media sosial Facebook di akun Grup BERITA SEKITAR LUBUK KAMBING, dengan narasi yang menyudutkan Nukman, namun belakangan berita tersebut dihapus, informasinya setelah banyak komentar netizen yang justru menyerang balik terhadap sikap Aswan.
Nukman menjelaskan, dia awalnya tidak mengetahui, jika Aswan tersebut adalah oknum wartawan dan tidak mengetahui jika dirinya diberitakan oleh Aswan di media dan Facebook. Nukman baru mengetahui setelah banyak orang yang menghubunginya untuk menananyakan kejadian yang menimpanya termasuk Babinsa setempat. “Sayo tahunyo karena banyak orang yang menanayakan kejadian sayo. Dan sekitar jam 13.00.WIB saya mendapat WA dari pak Babinsa beliau bertanyo “ado apo man” saya kaget dikirimi video yang tidak enak kata-katanya,” kata Nukman.
Nukman yang menyadari namanya menjadi “Buah Bibir” dengan narasi negatif di media online dan media sosial, kemudian mendatangi Helmi yang memiliki hubungan kekeluaragaan dengan Nukman dan mengenal Aswan untuk menjelaskan peristiwa yang dialaminya untuk ditindaklanjuti secara kekeluargaan agar jangan melakukan fitnah dan menydutkan dirinya. Namun, bukannya bersikap kooperatif dan memiliki itikad baik ingin menyelesaikan masalah secara kekeluargaan, Aswan malah kembali memposting di laman akun facebook BERITA SEKITAR LUBUK KAMBING dengan menuding Nukman telah mengeluarkan kata-kata kasar terhadap dirinya sebagai insan pers yang sekaligus pimpinan wartawan nasional juga direktur utama pada PT Media nasional yang dipimpinnya. “Saya kaget, kok malah dia nuding dan memfitnah saya dengan narasi seolah-olah saya menghalangi tugasnya sebagai wartawan. Sedangkan kejadiannya sama sekali tidak ada sangkut paut dengan aktivitasnya sebagai jurnalis atau saat dia melakukan liputan atau investigasi perkara,” terang Nukman.
Nukman mengklarifikasi dan menjelaskan bahwa persoalannya dengan Aswan bukan dalam posisinya sedang melakukan tugas-tugas jurnalis, dan tidak ada upaya menghalang-halangi tugas jurnalis, namun lebih pada salah paham dan persoalan pribadi. “Saya juga pahamsedikit tentang tugas jurnalis, Undang-Undang pers, KEWI, perimbangan berita (cover bothside story) karena keluarga saya juga banyak yang jurnalis dan sebagai bagian dari keluarga besar jurnalis saya sangat menghormati itu,” terang Nukman.
Nukman berharap segenap insan pers dapat secara bijaksana menyikapi persoalan secara utuh, terkait narasi dan framing yang dilakukan Aswan. Nukman juga berniat akan melaporkan permasalahan tersebut ke asosiasi wartawan dan dewan pers untuk karena sikap Aswan yang menuding dirinya telah menghalangi tugas jurnalis. (*)
Sementara itu, Rosiana (34) salah seorang saksi mata mengatakan, awalnya Aswan terlihat mengendarai sepeda motor odong-odongnya dari Simpang Muara Danau sedangkan istri dan anaknya berjalan beriringan tepat di seberang jalan depan rumah Rosiana. Saat itu ia melihat Aswan memaksa istri dan anaknya untuk naik motor, namun istri dan anaknya menolak, selanjutnya Aswan menarik tangan istrinya, namun tetap ditolak, bahkan Rosiana sempat melihat Aswan menarik tangan putranya untuk naik ke atas motor, sedangkan istrinya juga menarik tangan anaknya untuk tidak naik ke atas motor. “Sayo tengok orang beduo tu (pasangan suami istri,red) saling menarik tangan anaknyo. Kasihan sayo nengok anaknyo,” terang Rosi. Namun Rosi tidak mengetahui permasalahan yang terjadi dengan pasangan suami istri tersebut.
Tak lama usai kejadian tersebut, Nukman datang dan berhenti melihat kejadian yang tidak lazim itu, dari seberang jalan maka Nukman mencoba melerai dan menegur Aswan agar tidak main pukul terhadap istri selanjutnya Nukman berlalu menuju bengkel yang tidak jauh dari lokasi tersebut. Saat itulah Aswan meneriaki Nukman dengan kalimat. “Woi kau nak ngapo,” ujar Rosi menirukan kalimat Aswan terhadap Nukman.
Tak jauh berbeda, Mudasir, pemilik bengkel mengatakan ia terkejut mendengar teriakan Aswan kepada Nukman. Melihat Nukman diteriaki oleh orang yang tidak mereka kenal, Dasir yang juga meruoakan keluarga Nukman bersama orang-orang yang berada di bengkel dan warga setempat langsung berdatangan mendatangi Aswan untuk mengetahui kejadian dari dekat. “Kami sempat emosi jugo nengok orang tu (Aswan,red) berani nian nyegak Nukman,” kata Dasir. Namun emosi warga sempat ditenangkan Nukman setelah mengetahui duduk permasalahannya.
Namun ketika Aswan terus ngotot dan dan menyudutkan Nukman, kemarahan warga kembali meledak. Beruntungnya Helmi datang dan berusaha memediasi. “Untunglah Mi (Helmi,red) datang dan bilang kalo Aswan itu masih iparnyo,” kata Dasir.
Selanjutnya kata Dasir Mi dan warga setempat menyuruh Aswan untuk pergi agar tidak menyulut perhatian warga yang lain dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dan permasalahan salah paham tersebut selesai. “Tapi ruponyo dio buat berita dan posting di facebook yang idak-idak,” pungkas Dasir.(***).
Discussion about this post