RJ.com – Demo yang berlangsung di lapangan depan Kantor Gubernur Jambi, Senin (13/12), tidak hanya sopir angkutan batu bara yang melakukannya. Para istri sopir truk angkutan batu bara juga ikutan demo.
Sebagian besar dari mereka memakai pakaian bewarna merah jambu. Ada pula yang mengajak anak balitanya.
Mereka mengeluhkan minimnya penghasilan suami sebagai sopir angkutan batu bara. Bahkan ada yang menerima Rp 58.000. Ini diungkapkan melalui spanduk.
“Banyak keluhan kita. Macet di jalan. Suami kami tidak balik, sehingga kami tidak dapat jatah di rumah. Susu anak perlu dibeli. Rp 58.000 tidak cukup,” kata Mia Susilo.
Ia pun mengatakan suaminya jarang pulang, lantaran terjebak macet. Diduga karena sering adanya razia.
“Puluhan ribu untuk satu hari bang. Kadang suami sampai 3 hari di jalan,” ujarnya.
Romanisty Dian, selaku istri sopir angkutan batu bara meminta batas tonase angkutan batu bara dinaikan, supaya kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi.
“Kalau bisa dinaikin janganlah pas-pasan, beras dan minyak sudah mahal,” pungkasnya.(GA)
Discussion about this post