Oleh : Lukito Hari Sediarto MMA
Data Internasional Coffee Organization (ICO) mencatat bahwa tren konsumsi kopi domestik di Indonesia terus menerus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir pada periode 2018-2019 jumlah konsumsi kopi domestic mencapai 4.800 kantong berkapasitas 60 kg.
Padahal pada periode 2014–2015 jumlah konsumsi kopi domestic hanya 4.417 kantong, kemudian pada periode berikutnya mencapai 4.550 kantong. Minuman kopi yang memiliki aroma dan rasa khas saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat luas.
Kedai kopi atau yang biasa sekarang anak muda menyebutnya coffe shop juga menyuguhkan berbagai racikan kopi juga banyak dijumpai dan bermunculan dihampir seluruh wilayah di Indonesia.
Sentra budidaya tanaman kopi yang ada di wilayah Kabupaten Ponorogo tersebar di berbagai kecamatan di antaranya Kecamatan Ngebel, Pemerintah Kecamatan Ngebel pada tahun 2018 telah melakukan trobosan yang signifikan didalam mempromosikan komoditas kopi dan olahannya dari petani masyarakat setempat, peningkatan dan pengembangan tanaman kopi ini sudah sangatlah tepat, hal ini dikarenakan topografi berupa ketinggian tempat merupakan syarat mutlak untu komoditas tanaman kopi, daerah ngebel mempunyai karakteristik yang cocok untuk budidaya kopi yaitu 900 m dpl dengan tingkat curah hujan 1.500 – 2.500 mm/tahun sedangkan bulan keringnya antara 1-3 bulan serta suhu udara rata-rata 17-21 °C, sehingga untuk varietas Arabika dan Robusta memiliki potensi untuk dikembangkan.
Dinas Pertanian, Ketahan Pangan Dan Perikan Kabupaten Ponorogo melalui Bidang Perkebunan merupakan salah satu bidang teknis yang mempunyai wewenang penuh dalam meningkatkan Capacity building dan technical building bagi petani perkebunan secara integrasi, hal tersebut merupakan sebuah lecutan dalam rangka menciptakan optimalisasi lahan perkebunan secara berkelanjutan dan serangkain gerakan perubahan.
Bidang perkebunan memiliki fungsi –fungsi diantaranya penanganan peningkatan produksi, perbenihan dan perlindungan tanaman perkebunan serta peningkatan pengelolaan dan pemasaran hasil perkebunan serta mengupayakan pemanfaatan sumber daya yang ada secara optimal, dengan tetap menjaga ekosistem yang seimbang dan akan berdampak meningkatnya pendapatan petani menuju kesejahteraan.
Penanganan pasca panen kopi merupakan salah satu syarat mutlak untuk menghasikan kualitas kopi yang optimal, adapun syarat yang harus disikapi antara lain :
1) Meningkatkan dan mempertahankan mutu biji kopi.
2) Menurukan kehilangan hasil kopi.
3) Meningkatkan efisiensi proses pasca panen,metode sarana dan proses sesuai SOP.
4) Meningkatkan nilai tambah, kemitraan industri dengan stake holder.
5) Meningkatkan daya saing hasil kopi.
6) Terciptanya persaingan usaha yang sehat dan terjaminnya mutu serta keamanan pangan olahan.
Cita rasa kopi merupakan salah satu kiat yang harus dilakukan pengelola kopi, tentunya harus memiliki kretiria mulai varietas tanaman kopi dan perlakuan budidaya sesuai dengan GAP yang telah disepakati antara petani dengan lingkungan yang ada.
Potensi yang ada dan didukung oleh permintaan akan kopi bubuk baik dalam skala kecil maupun menengah sudah dilakukan oleh petani kopi itu sendiri dengan bidang perkebunan, sebagai elemen yang mempunyai fungsi strategis dalam peningkatan produktivitas tanaman kopi.
Permintaan pasar banyak dijumpai pada warung kopi dalam bentuk seduhan maupun sebagai oleh-oleh khas Ngebel. Cita rasa kopi akan mempengarugi proses pemasaran tentunya harus memiliki kreteria antara lain jenis (varietas), metode budidaya tanaman, pemetikan, pengolahan dan pengemasan. Pengemasan merupakan sistim yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai.
Produk kopi yang ada selama ini sudah dilakukan secara optimal oleh petani untuk menambah pendapatan keluarga, bahkan produk yang ada saat ini sistim penjualannya berupa informasi dari mulut ke mulut maupun lewat media on line.
Harapan petani dan pengelola kopi robusta dan arabika maupun pemerintah khususnya Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan dapat diterima oleh masyarakat sekitar Ponorogo maupun diluar Kabupaten Ponorogo, apalagi kualitas kopi asal Ngebel tidak kalah dengan robusta dari daerah lain di Indonesia.
Hal ini daapat dibuktikan banyaknya permintaan kopi bubuk untuk mencukupi kebutuhan café maupun sebagai oleh-oleh. Adapun harapan lainnya seyogyanya bidang perkebunan selalu memberikan pendampingan teknis dalam pengelolaan pengolahan produk kopi diantaranya pembuatan kopi herbal, kopi instan dan green coffee beand dimungkinkan produk tersebut menjadikan pilihan bagi penikmat kopi.
Penulis adalah Staff Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Bidang Perkebunan
Discussion about this post